18 February 2010

Evaluasi Transport-Cairan Antara Teknik Obturasi Kondensasi Lateral Dan Vertikal, Menggunakan ProTaper Dan Warm Gutta-Percha

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan microleakage empat macam teknik obturasi [yaitu, kondensasi lateral, kondensasi lateral menggunakan ProTaper gutta-percha, kondensasi vertikal menggunakan single ProTaper dan warm gutta-percha] selama 3 bulan. Model tranport-cairan digunakan untuk mengukur microleakage. Enam puluh gigi manusia yang telah dicabut, dan dibagi menjadi 4 kelompok, dipreparasi menggunakan ProTaper rotary instrument sebelum saluran akar diisi dengan salah satu dari empat teknik yang diuji. Semua kelompok diobturasi menggunakan Sultan sebagai bahan sealer saluran akar. Dilakukan pengukuran microleakage selama 7 hari, 1 bulan, dan 3 bulan setelah prosedur. Tidak diperoleh selisih yang signifikan secara statistik antara keempat kelompok pada semua titik pengujian [p > 0.05]. Selama periode 3 bulan, kebocoran meningkat pada semua teknik obturasi.
Kata kunci: gutta-percher, ProTaper, sealing ability.
Sumber: Aust Endod J 2009; 35: 169-173.



PENDAHULUAN
Pengisian/obturasi ruang saluran akar setelah prosedur pembersihan dan pembentukan berperan penting bagi keberhasilan perawatan saluran akar. Berbagai metode obturasi ruang akar yang diperkenalkan dapat dibagi menjadi dua kelompok dasar, yaitu: kondensasi lateral dingin [cold] dan kondensasi vertikal hangat [warm]. Kondensasi lateral bahan pengisian gutta percha adalah teknik pengisian yang paling sering diajarkan dan dipraktekkan, serta merupakan prosedur standar dibandingkan dengan semua teknik lain yang dievaluasi. Meskipun teknik tersebut memiliki berbagai variasi, seperti desain master cone, desain spreader, aplikasi dan pemilihan accessory cone, belum ada konsensus yang jelas tentang teknik mana yang ideal. Kondensasi lateral merupakan suatu teknik yang aman dan hemat biaya, namun membutuhkan banyak waktu, homogenitas dan adaptasinya pada dinding saluran akar kurang. Kritikan yang sering dilontarkan adalah teknik ini dapat memicu terjadinya fraktur akar vertikal.
Kondensasi vertikal hangat pertama kali diperkenalkan oleh Schilder pada tahun 1967. Diperkenalkan teknik kondensasi gelombang kontinyu menggunakan sistem sumber panas B [Analytic Sybron Dental Specialties, Orange, CA, AS] untuk menyederhanakan kodensasi vertikal. Baru-baru ini, dipasarkan sistem baru [Elements Obturation Unit, SybronEndo, Orange, CA, AS] yang mengkombinasikan teknologi sistem B dan motor-driven extruder handpiece gutta percha termoplastik. Kondensasi vertikal hangat meningkatkan homogenitas dan adaptasi gutta percha pada dinding dentin. Namun, prosedur ini dapat mengakibatkan ekstrusi bahan pengisi gutta percha ke dalam jaringan periapikal, dan dikhawatirkan terjadi kerusakan termal pada ligamentum periodontal selama kondensasi termal. Diperkenalkannya rotary instrument nikel-titanium [Ni-Ti] mengubah perawatan saluran akar, yaitu mengurangi waktu preparasi, meminimalisir kesalahan prosedural akibat instrumentasi saluran akar, dan menghasilkan preparasi yang sesuai keinginan, meskipun saluran akarnya berlekuk. Gutta percha cone yang kini diproduksi disesuaikan dengan saluran akar taper yang dihasilkan dari preparasi menggunakan sistem rotary Ni-Ti.
Berbagai macam pengujian kebocoran telah dilakukan untuk membandingkan kemampuan pengisian [sealing ability]. Beberapa jenis metodenya, antara lain uji penetrasi pewarna, kebocoran elektrokimia, pengujian isotop radioaktif, uji penetrasi bakteri, dan model transport-cairan. Model transportasi cairan merupakan suatu metode pengukuran kebocoran non-destruktif yang memberikan informasi tentang kualitas pengisian bahan yang diuji dalam periode waktu yang panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kecoboran dalam empat teknik obturasi [yaitu, kondensasi lateral, kondensasi lateral menggunakan ProTaper Gutta percha Point, kondensasi vertikal menggunakan single ProTaper dan warm Gutta percha Point].

BAHAN DAN METODE
Dipilih 60 gigi manusia berakar tunggal dan memiliki foramen paten/terbuka, sebelum digunakan gigi-geligi tersebut direndam dalam air suling. Bagian koronal gigi-geligi dipotong menggunakan bur berkecepatan-tinggi dan semprotan air hingga semua akarnya memiliki panjang 13 sampai 14 mm. Gigi-geligi tersebut dibagi secara acak menjadi empat kelompok yang terdiri dari 15 gigi.
Panjang saluran akar ditentukan secara visual dengan memasukkan file ukuran 15 [Dentsply, Maillefer, Ballaigues, Swiss] ke dalam setiap saluran akar sampai ujungnya terlihat pada foramen apikal. Panjang kerja [working length/WL] diukur 0,5 mm dari foramen apikal. Patensi apikal dipertahankan selama proses instrumentasi menggunakan file ukuran 15 [Dentsply, Maillefer]. Saluran akar diinstrumentasi menggunakan teknik crown-down dan rotary ProTaper files [Dentsply, Maillefer]. Susunan instrumen ProTaper yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Susunan instrumen
1 S1 -6 mm WL
2 Sx -4 mm WL
3 S1 WL
4 S2 WL
5 F1 WL
6 F2 WL
7 F3 WL
WL, working length [panjang kerja]

Semua instrumen dipasangkan pada motor yang memiliki kecepatan putaran rendah, dengan putaran terkontrol dan kecepatan konstan pada 250 rpm [X-smart, Dentsply, Maillefer]. Putarannya disesuaikan dengan indikasi pabrik. Semua instrumen dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan gerakan masuk-dan-keluar secara kontinyu, namun tidak ditekan sampai ke apikal. Seluruh panjang file dikeluarkan dalam satu gerakan maksimum, tidak lebih dari 1 detik. Instrumen dibuang setelah preparasi setiap kelompok selesai, yaitu 15 saluran akar.
Irigasi dilakukan menggunakan 1 ml NaOCl [2,5%] dan spoit/syringe plastik berukuran 27 gauge [Ultradent, South Jordan, UT, AS] setelah setiap pergantian ukuran instrumen. Spoit tersebut dimasukkan sedalam mungkin dalam saluran akar. Pada setiap gigi, digunakan 0,1 ml pasta EDTA 17% sebagai chelating agent. Setelah instrumentasi selesai, file berukuran 20 [Dentsply, Maillefer] dimasukkan sedalam 1 mm menembus apeks. Kemudian, saluran akar diirigasi menggunakan 5 mL NaOCl 2,5%, yang dilanjutkan dengan 5 mL air suling. Saluran akar dikeringkan menggunakan paper point.

Teknik obturasi
Sultan [Sultan Chemist, Inc., Englewood, NJ, AS], dilakukan pengadukan sealer zinc oxide-eugenol sesuai dengan instruksi pabrik dan digunakan pada keempat prosedur obturasi, yaitu: kondensasi lateral [LC], kondensasi lateral ProTaper Gutta percha point [P-LC], kondensasi vertikal single ProTaper [P] dan warm [P-OE] Gutta percha point.

Grup LC
Saluran akar diobturasi menggunakan kondensasi lateral gutta percha cones dan Sultan sealer. Dinding saluran akar dilapisi dengan paper point [ukuran 30] yang telah dicelupkan dalam semen. Master cone dan accessory cone apikal berukuran 2 mm juga diberi selapis sealer. Master cone, yaitu tapered gutta percha cone 0,02 ukuran 30 [Dentsply, Maillefer] dipotong sedikit untuk memperoleh efek tug-back [tarikan ke belakang] pada WL, kemudian dimasukkan perlahan ke dalam saluran akar sampai seluruh WL. Kondensasi lateral saluran akar dilakukan menggunakan accessory gutta percha cone ukuran sedang [Hygienic, Akron, OH, AS] dan finger spreader endodontik ukuran B [Dentsply, Maillefer]. Obturasi dinyatakan selesai jika spreader tidak dapat berpenetrasi lebih dari 2 mm dalam massa gutta percha. Kelebihan gutta percha dibersihkan dari saluran akar menggunakan plugger sistem B fine-medium [Elements Obturation Unit, SybronEndo, Orange, CA, AS] yang diinsersikan sejauh 1 mm ke dalam saluran akar. Kemudian, massa gutta percha dikondensasi vertikal menggunakan plugger Machtou No. 4 [Dentsply, Maillefer] selama 30 detik.

Grup P-LC
Cara pengisian saluran akar sama dengan grup LC, kecuali untuk ukuran F3 ProTaper Gutta percha point [Dentsply, Maillefer] yang digunakan sebagai master cone.


Grup P
Saluran akar diobturasi menggunakan F3 ProTaper Gutta percha point satu-ukuran. Dinding saluran akar dilapisi menggunakan paper point [ukuran 30] yang telah dicelupkan dalam semen. F3 point dipotong sedikit untuk memberikan efek tug-back saat mencapai WL. F3 point diberi selapis sealer dan dimasukkan ke dalam saluran akar secara perlahan sampai seluruh WL terjangkau. Kelebihan gutta percha dibersihkan dari jalan masuk saluran akar sama seperti dalam grup LC.

Grup P-OE
Saluran akar diobturasi menggunakan kondensasi gelombang kontinyu seperti yang direkomendasikan oleh Buchanan. Plugger sistem B fine-medium [Elements Obturation Unit] diberi tanda pada titik perbatasannya menggunakan rubber stop, yaitu 4 mm dari WL. Dinding saluran akar dilapisi paper point [ukuran 30] yang telah dicelupkan dalam semen, dan dipilih satu ukuran F3 ProTaper Gutta percha point sebagai master cone. F3 point dipotong sedikit agar diperoleh efek tug-back saat mencapai WL, dan dilapisi sealer kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar secara perlahan sampai seluruh WL terjangkau, sama seperti dalam grup P. Sumber panas diatur pada 200°C dan mode sentuh diaktifkan. Gutta percha ditusukkan pada plugger yang telah dipanaskan, kurang lebih 3-4 mm sebelum mencapai titik referensi rubber stop. Saat prosedur downpack, plugger dideaktivasi dan tekanan apikal konstan dipertahankan selama 10 detik. Dilakukan backfill saluran akar menggunakan injection-molded gutta percha yang dikeluarkan dari Extruder of Obturation Elements. Kemudian, diaplikasikan tekanan konstan menggunakan plugger hand Machtou No. 4 yang diinsersikan 4 mm ke dalam saluran akar selama 30 detik.

Evaluasi kebocoran
Pengukuran microleakage [kebocoran mikro] dilakukan selama 7 hari, 1 bulan, dan 3 bulan setelah obturasi. Diantara waktu pengukuran, spesimen direndam dalam air suling pada suhu 37°C. Metode yang digunakan untuk mengukur transportasi cairan telah dideskripsikan dalam literatur. Potongan akar dihubungkan dengan tube/pipa plastik, yang kemudian diisi dengan air suling dari kedua sisi spesimen. Pipa kapiler kaca standar dihubungkan dengan pipa plastik pada saluran keluar [outlet] spesimen. Air disedot menggunakan spoit yang dipasangkan 3 mm dari ujung pipa kapiler yang terbuka. Rangkaian tersebut direndam dalam air [20°C] dan dengan menggunakan spoit, gelembung udara disesuaikan dengan posisinya dalam pipa kapiler. Tekanan 0,2 atm diaplikasikan pada saluran masuk [inlet] untuk menekan air keluar dari ruang hampa dalam tumpatan, sehingga menggeser gelembung udara dalam pipa kapiler. Volume transport cairan diukur setelah 24 jam dengan mengamati pergerakan gelembung udara; pergeseran gelembung udara dicatat sebagai transport cairan [L], yang dinyatakan dalam satuan L/24 jam. Enam spesimen tambahan digunakan sebagai kontrol. Tiga apeks dari gigi-geligi tersebut dilapisi menggunakan cat kuku [kontrol negatif]. Tiga spesimen lainnya diobturasi menggunakan gutta percha dengan teknik kondensasi lateral, tanpa sealer [kontrol positif]. Hasilnya dianalisis menggunakan uji non-parametrik [uji Kruskal-Wallis] dengan tingkat signifikansi p < 0.05.

HASIL
Tidak terjadi pergerakan gelembung udara dalam kapiler kontrol negatif. Dalam kontrol positif, gelembung udara bergerak cepat di sepanjang pipa segera setelah tekanan diaplikasikan. Microleakage dalam potongan akar diukur pada 7 hari, 1 bulan, dan 3 bulan, dan dinyatakan dalam satuan L/24 jam [Tabel 2]. Tidak diperoleh selisih pengukuran microleakage yang signifikan secara statistik antara kelompok-kelompok yang diamati pada semua periode pengukuran [p > 0.05]. Setelah 3 bulan, kebocoran meningkat pada semua kelompok. Selisih yang signifikan secara statistik tidak ditemukan pada grup P-LC saja.
Tabel 2. Evaluasi leakage [L = L/24 jam]
7 hari 1 bulan 3 bulan
L = 0 0 < L < 10 L > 10 L = 0 0 < L < 10 L > 10 L = 0 0 < L < 10 L > 10
LC 13 2 0 10 2 3 4 2 9
P-LC 10 1 4 10 0 5 5 1 9
P 13 1 1 10 2 3 7 1 7
P-OE 11 2 2 10 1 4 4 1 10
LC, condensation lateral; P-LC, lateral condensation ProTaper gutta percha point; P, single ProTaper gutta percha point, P-OE, warm vertical condensation.

PEMBAHASAN
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengukur sealing ability teknik-teknik obturasi. Model transportasi cairan yang diperkenalkan oleh Pashley dkk, memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan metode-metode evaluasi kebocoran yang sering digunakan. Telah dikemukakan bahwa model transportasi cairan lebih sensitif dalam mendeteksi ruang hampa di sepanjang saluran akar, dibandingkan dengan metode penetrasi pewarna dan bakteri. Metode ini sederhana, mudah direproduksi, dan non-destruktif, sehingga mempermudah pengukuran microleakage pada satu spesimen dari waktu ke waktu. Model transportasi cairan memanfaatkan tekanan positif, sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang disebabkan oleh udara atau cairan yang terperangkap dan mengakibatkan bias hasil pengukuran metode penetrasi pewarna. Namun, harus ditegaskan bahwa penetrasi air bertekanan berbeda dengan penetrasi bakteri in vivo dan pengukuran kebocoran semacam itu tidak mempertimbangkan respon host. Meskipun implikasi klinis penelitian sealabilitas secara in vitro belum diketahui, manfaatnya difokuskan pada evaluasi perbandingan awal sealing ability bahan-bahan endodontik.
Keistimewaan ProTaper point adalah presentase keruncingan/taper terhadap panjangnya berubah. Obturasi menggunakan ProTaper gutta percha point sama efektifnya dengan obturasi kondensasi lateral gutta percha cone. Penemuan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Zmener dkk, bahwa tidak ada perbedaan kebocoran pewarna [methylene blue 2%] yang signifikan antara kondensasi lateral dan obturasi menggunakan gutta percha cone tunggal.
Gordon dkk, menggunakan simulasi saluran akar dalam balok resin dengan kelengkungan 30° atau 58° dan saluran akar mesio-bukal gigi molar satu yang bengkok untuk membandingkan luas daerah yang terisi oleh gutta percha, sealer, atau ruang hampa dalam pengisian menggunakan satu gutta percha point 0,06 dan sealer, atau kondensasi lateral menggunakan banyak gutta percha point 0,02 dan sealer. Saluran akar dipreparasi menggunakan profil 0,06. Dalam hal banyaknya gutta percha yang mengisi saluran akar taper 0,06, teknik cone-tunggal [single-cone] taper 0,06 memberikan hasil yang sama dengan kondensasi lateral. Selain itu, teknik cone-tunggal taper 0,06 lebih cepat dibandingkan dengan kondensasi lateral.
Pommel dan Camps memanfaatkan sistem filtrasi cairan untuk membandingkan microleakage apikal akar-akar yang diisi menggunakan teknik cone-tunggal, sistem B, dan kondensasi lateral. Setelah 1 bulan periode penyimpanan, spesimen yang diisi menggunakan teknik cone-tunggal mengalami kebocoran yang lebih signifikan dibandingkan dengan spesimen yang diisi menggunakan sistem B atau kondensasi lateral. Penemuan tersebut berbeda dengan hasil penelitian ini, dan disebabkan oleh fakta bahwa dalam grup cone-tunggal, digunakan gutta percha point taper 0,02 untuk mengisi saluran akar yang dipreparasi dengan keruncingan 0,06. Dalam hal akeakuratan, disimpulkan bahwa teknik ‘single-cone’ hanya dapat dipertimbangkan dalam teknik-teknik obturasi yang memanfaatkan satu gutta percha point dan memiliki keruncingan yang sesuai dengan preparasi saluran.
Yücel dan Cifçi mengevaluasi penetrasi bakteri dalam saluran akar tunggal yang lurus dan dipreparasi menggunakan ProTaper rotary files dan diobturasi menggunakan teknik kondensasi lateral, sistem B, Thermafil, ProTaper gutta percha point, dan kompaksi lateral ProTaper gutta percha point. Mereka menemukan bahwa setelah 30 hari, rasio penetrasi terendah ditemukan dalam kelompok yang diobturasi menggunakan sistem B dan kompaksi lateral ProTaper gutta percha point, dan rasio penetrasi tertinggi ditemukan dalam kelompok-kelompok yang diobturasi menggunakan Thermafil dan ProTaper gutta percha point. Namun, sama dengan hasil penelitian ini, setelah 60 hari, tidak diperoleh perbedaan antara kelompok-kelompok tersebut.
Dalam penelitian ini, kondensasi lateral dilakukan menggunakan master cone yang terdiri dari satu gutta percha point yang keruncingannya sesuai dengan preparasi saluran akar. Prosedur tersebut dinyatakan sama efisiennya dengan kondensasi lateral menggunakan satu gutta percha point standar berukuran 0,02 sebagai master cone, hal ini mendukung penelitian terdahulu tentang leakage/kebocoran. Hembrough dkk, mengevaluasi kualitas obturasi dan efisiensi akar yang diisi menggunakan teknik kondensasi lateral dan master cone yang berbeda-beda. Mereka memanfaatkan 45 gigi berakar tunggal, yang diinstrumentasi menggunakan rotary instrument Profile 006 dan diobturasi dengan teknik kondensasi lateral menggunakan gutta percha point yang memiliki keruncingan standar-ISO [taper 0,02] dan 0,06 sebagai master cone. Kualitas obturasi dievaluasi dengan mengamati potongan horisontal untuk mengetahui kemampuan setiap teknik dalam mengisi saluran akar. Untuk mengevaluasi efisiensi obturasi dalam setiap kelompok, dilakukan pencatatan jumlah accessory cone yang digunakan. Tidak ditemukan perbedaan kualitas obturasi yang signifikan dalam semua kelompok. Efisiensi obturasi, secara signifikan, lebih besar dalam kelompok-kelompok yang diisi dengan master cone gutta percha point taper 0,06.
Element Obturation Unit mengkombinasikan teknologi sistem B dan motor-driven extruder handpiece gutta percha termoplastik. Kondensasi vertikal gutta percha hangat menggunakan sistem B sebagai sumber panas dan gutta percha termoplastik untuk backfilling telah dibandingkan beberapa kali dengan kondensasi lateral, dan memberikan hasil yang berbeda-beda. Yaitu, lebih unggul atau sama dengan kondensasi lateral. Dalam penelitian ini, obturasi menggunakan Elements Obturation Unit dinyatakan memiliki keefektivan yang sama dengan kondensasi lateral.
Penemuan lain dalam penelitian ini adalah bahwa kebocoran dari-waktu-ke-waktu bertambah dalam semua kelompok. Namun, diperoleh selisih yang signifikan dalam grup LC, P, dan P-OE.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saluran akar tunggal dan lurus yang dipreprasi menggunakan ProTaper rotary instrument, diobturasi dengan single ProTaper gutta percha point sama efektifnya dengan kondensasi lateral, kompaksi lateral ProTaper gutta percha point, dan kombinasi sistem B dengan gutta percha termoplastik.

Read more...

Berhitung!

Pasang Aku Yaa

go green indonesia!
Solidaritas untuk anak Indonesia

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP