16 March 2009

To live and to love life as a ‘half’ dentist

Tulisan ini ditujukan untuk para koas gigi di luar sana, outside of me.

Koas = kumpulan orang serba salah [true/false?]
Hari ini aku membaca sebuah tulisan koas juniorku, tentang pesimisme menjadi seorang dokter gigi di negara Indonesia yang sebagian besar masyarakatnya masih menganut paham “ngapain ke dokter gigi, kalo gue gak sakit gigi?” sebuah tantangan besar untuk memajukan bangsa ini. Ia mengatakan, “Masihkah dokter gigi diperlukan?”

Read more...

07 March 2009

Keluhan Pasien Skeling Gigi : Laporan kasus

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke klinik PDGI makassar dengan keluhan gusi berdarah dan giginya patah-patah. Pasien memiliki riwayat penyakit asma dan beberapa macam alergi, serta fobia ke dokter gigi.

Pasien pernah memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, namun kebiasaan tersebut telah berhenti sejak 5 tahun yang lalu, sedangkan kebiasaan alkoholismenya berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Pasien tidak sedang menjalani pengobatan untuk penyakit sistemik.

Read more...

04 March 2009

Penelitian Pencegahan Pembentukan Plak Gigi 24 Jam Menggunakan Pasta Gigi Stannous Fluorida Yang Mengandung Heksametafosfat

Abstrak
Baru-baru ini, diperkenalkan pasta gigi berfluorida antibakterial terbaru yang mengandung stannous fluorida dan sodium heksametafosfat (Crest, PRO-HEALTH). Teknik digital plaque image analysis (DPIA) digunakan untuk mengkuantifikasi pembentukan plak in situ dalam suatu populasi menggunakan protokol intervensi satu fase, yang terdiri dari (1) rangkaian perlakuan pertama, yaitu menyikat gigi menggunakan pasta gigi sodium fluorida standar dengan teknik menyikat konvensional, (2) rangkaian perlakuan kedua adalah aplikasi perawatan higiene modifikasi menggunakan pasta gigi sodium fluorida standar dan periode 24 jam tanpa menyikat gigi, dan (3) perlakuan ketiga adalah periode tanpa menyikat gigi selama 24 jam dilanjutkan dengan menyikat gigi menggunakan pasta gigi antimikroba stannous/sodium fluorida yang mengandung heksametafosfat. Evaluasi kuantitatif plak yang terbentuk dinilai pada pagi hari setelah perawatan higiene standar pada malam hari (perlakuan 1) atau 24 jam setelah menyikat gigi (perlakuan 2 dan 3). Juga dilakukan pengukuran plak setelah menyikat gigi dalam setiap perlakuan. Enam belas subyek menyelesaikan ketiga rangkaian perlakuan tanpa efek samping ataupun keluhan. Pada perlakuan 1, plak yang terbentuk pada pagi hari adalah 13,3%. Dalam perlakuan 2, jumlah plak bertambah secara signifikan karena kegiatan menyikat gigi sebelum tidur dihentikan, plak 24 jam menutupi 18,4% permukaan gigi-geligi. Intervensi pasta gigi antimikroba berfluorida/heksametafosfat dalam perlakuan 3 berhasil menghambat pertumbuhan plak selama 24 jam (terdapat 15,2% plak yang menutupi gigi-geligi, berkurang sebanyak 17% dibandingkan grup kontrol yang menggunakan pasta gigi sodium fluorida). Hasil tersebut mendukung efek antimikroba jangka panjang dan retensi kuat dari pasta gigi stannous/sodium fluorida heksametafosfat yang sangat stabil.
Kata Kunci: Stannous fluorida, sodium heksametafosfat, plak, pasta gigi, pasta gigi Crest PRO-HEALTH, sistem polyfluorite.
Sumber: J Contemp Dent Pract, July 2006; 3(7): 001-011.

Read more...

Resin-Modified Glass Ionomer Cement dan Bahan Resin-Based sebagai Sealant Oklusal: Suatu Penelitian Klinis Longitudinal

Abstrak
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan retensi, keefektivan pencegahan karies dan karakteristik superfisial dua jenis bahan yang digunakan sebagai sealant oklusal.
Metode: Sampel terdiri dari 108 anak sekolah dengan mean usia 7,5+1,25 tahun, dimana terdapat 364 gigi molar satu permanen dibagi menjadi 6 kelompok: (1) grup 1 = Delton + rubber dam [hanya digunakan dalam kelompok ini]; (2) = Delton + cotton roll; (3) grup 3 = Prime&Bond 2,1 + Delton; (4) grup 4 = Vitremer dengan perbandingan bubuk/larutan 0,25:1; (5) grup 5 = Primer + Vitremer dengan perbandingan bubuk/larutan 0,25:1; dan (6) grup 6 = Vitremer dengan perbandingan bubuk/laruran 1:1.
Hasil: Setelah 12 bulan, rata-rata retensi total kelompok 6, 1, 2, 3, 4 dan 5, secara berurutan, adalah 92%, 79%, 67%, 52%, 41%, dan 12%. Pada ketiga daerah oklusal, retensinya adalah 97%, 92%, 86%, 77%, 69% dan 36%. Untuk kriteria modifikasi: proporsi yang diuji menunjukkan selisih yang signifikan secara statistik (P < 0.05) antara grup 1 dan 3; grup 6 dan 2; serta grup 3,4 dan 5 dengan grup lainnya. Jika mempertimbangkan ketiga daerah, ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik (P < 0.05) antara grup 1 dan 6 dengan grup 3 dan 4, grup 2 dengan grup 4, dan grup 6 dan 5 dengan grup lainnya.
Kesimpulan: Resin-modified glass ionomer cement menjadi salah satu alternatif membandingkan sebagai suatu sealant oklusal.
Kata Kunci: Pit dan fissure sealant, resin-modified glass ionomer cement, sealant berbasis-resin
Sumber: J Dent Child 2008; 75: 134-43.

Read more...

Berhitung!

Pasang Aku Yaa

go green indonesia!
Solidaritas untuk anak Indonesia

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP