07 March 2009

Keluhan Pasien Skeling Gigi : Laporan kasus

Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke klinik PDGI makassar dengan keluhan gusi berdarah dan giginya patah-patah. Pasien memiliki riwayat penyakit asma dan beberapa macam alergi, serta fobia ke dokter gigi.

Pasien pernah memiliki kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, namun kebiasaan tersebut telah berhenti sejak 5 tahun yang lalu, sedangkan kebiasaan alkoholismenya berhenti sejak 1 tahun yang lalu. Pasien tidak sedang menjalani pengobatan untuk penyakit sistemik.

Saat dilakukan pemeriksaan intraoral, ditemukan 1 sisa akar gigi molar satu kanan rahang atas, yang pernah gagal diekstraksi, dan 1 sisa akar pada gigi premolar dua kiri rahang bawah. Terdapat dua gigi nekrose pada gigi insisivus sentralis dan lateralis kanan rahang atas, yang sudah berubah warna dan tidak vital dan gingiva di sekitarnya hiperemis. OHIS pasien 3,3 dan terdapat kalkulus sub dan supra-gingiva pada keempat gigi insisivus rahang bawah.

Tidak dilakukan pemeriksaan radiografi karena kondisi dan peralatan yang tidak memungkinkan.

Setelah dilakukan skeling gigi-geligi rahang atas dan bawah, ditemukan resorpsi gingiva pada keempat gigi-geligi anterior rahang bawah, hal ini disebabkan oleh timbunan kalkulus dalam jangka waktu lama, sehingga membuat gigi terlihat bercelah, gingiva hiperemis, dan pasien mengeluhkan gigi sensitif setelah perawatan. Pasien juga mengeluhkan hipersalivasi yang tak terkontrol dan terkumpul pada keempat gigi anterior rahang bawah. Hal ini mengganggu performanya sehari-hari yang membutuhkan komunikasi dengan orang lain.

Pasien diminta untuk berkumur menggunakan larutan klorheksidin glukonat tiga kali sehari dan melakukan prosedur oral higiene secara rutin, termasuk flossing. Dalam jangka waktu tiga hari, gingiva yang hiperemi telah membaik namun pasien masih mengeluhkan gigi sensitif dan hipersalivasi.

PEMBAHASAN
Keluhan gigi sensitif post-operatif seringkali ditemukan pada pasien yang menjalani perawatan skeling. Hal ini disebabkan oleh terbukanya jaringan akibat timbunan kalkulus yang meluruhkan gingiva di sekitar gigi, sehingga sementum akar gigi terpapar dan gigi menjadi lebih sensitif terhadap rangsang termal, seperti minuman/ makanan panas dan dingin, hal ini pulalah yang membuat gigi terlihat bercelah setelah skeling.

Keluhan gigi patah/retak bukan disebabkan oleh karies yang luas, namun akibat patahnya karang gigi. Penilaian gigi berlubang dan patah-patah bersifat subyektif akibat timbunan kalkulus yang telah menahun sehingga pasien merasa kalkulus tersebut adalah bagian dari gigi.

Trauma pada masa kanak-kanak membuat pasien fobia ke dokter gigi, sehingga ia cenderung tidak memperdulikan kondisi rongga mulutnya meskipun seringkali mengeluhkan gusi berdarah saat menyikat gigi. Cara menyikat gigi yang kurang efektif juga menjadi penyebab penumpukan kalkulus pada regio anterior rahang bawah. Gusi berdarah merupakan tanda-tanda klinis gingivitis, jika tidak dirawat akan berkembang menjadi periodontitis yang merusak struktur jaringan pendukung gigi dan membuat gigi goyang.

Setelah perawatan ini, pasien dianjurkan melakukan pemeliharaan oral higiene, termasuk flossing dan menyikat lidah, berkonsultasi rutin ke dokter gigi, serta menjalani pemeriksaan radiografi untuk melihat kondisi sisa akar sehingga dapat dilakukan perawatan lebih lanjut agar estetik dan fungsi gigi-geligi kembali normal.


Acknolewdgement
Drg. Rachmawaty Sudjaroh yang sementara ini berpraktek di klinik PDGI wilayah Sulawesi Selatan, sebelum berangkat PTT pada tanggal 1 April 2009.


PS:
This is my first case report, and there will be more coming up.
Note to the patient, hope your complaints are answered and keep up the good work.

Dental Minded Indonesia!!

0 komentar:

Berhitung!

Pasang Aku Yaa

go green indonesia!
Solidaritas untuk anak Indonesia

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP