31 July 2009

Prevalensi Actinobacillus Actinomycetemcomitans Pada Pasien Periodontitis Kronis Dan Orang Dewasa Yang Memiliki Periodontal Sehat Di Cina

Abstrak
Tujuan: Actinobacillus actinomycetemcomitans merupakan salah satu patogen periodontal utama. Penelitian ini ditujukan untuk menyelidiki prevalensi A. actinomycetemcomitans pada pasien periodontitis kronis dan orang dewasa yang memiliki periodontal sehat di Cina. Metode dan Bahan: Secara keseluruhan, penelitian ini diikuti oleh 116 pasien periodontitis kronis dan 111 orang dewasa yang memiliki periodontal sehat. Pada setiap pasien periodontitis, diambil sampel plak subgingival dari 2 sisi gigi molar yang memiliki poket terdalam dan 1 daerah periodontal yang sehat. Sampel orang dewasa yang memiliki periodontal sehat diambil dari sisi mesiobukal 1 gigi molar pertama rahang atas. A. actinomycetemcomitans dideteksi menggunakan rRNA polymerase chain reaction. Kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis, dan berdarah saat probing pada sisi sampel juga dicatat. Hasil: Pada subyek yang memiliki periodontal sehat, A. actinomycetemcomitans hanya dideteksi di 1 sisi [0,90%]. Pada pasien periodontitis kronis, prevalensi daerah yang mengalami periodontitis [33,62%], secara signifikan, lebih tinggi dibandingkan dengan pada daerah yang sehat [0,90%] [P < 0.05]; insiden tersebut mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia pasien; paling tinggi dalam kelompok usia 20-35 tahun [44,12%], kemudian dalam kelompok usia 36-55 tahun [36,36%] dan kelompok usia 56-75 tahun [22,73%] [P < 0.05]. A. actinomycetemcomitans seringkali dideteksi pada sisi yang memiliki kedalaman poket 7 mm atau lebih dan kehilangan perlekatan klinis sebesar 6 mm atau lebih [P < 0.05] dan lebih banyak dideteksi pada daerah yang mengalami berdarah saat probing [37,07%] dibandingkan pada daerah yang tidak berdarah saat probing [7,41%] [P < 0.05]. Kesimpulan: A. actinomycetemcomitans lebih sering ditemukan pada daerah periodontitis dibandingkan dengan daerah periodontal sehat. Pada pasien periodontitis kronis, prevalensi yang tinggi ditemukan pada daerah periodontitis parah dibandingkan dengan daerah periodontitis sedang atau ringan. A. actinomycetemcomitans dinyatakan sebagai salah satu patogen utama dalam etiologi periodontitis kronis.
Kata kunci: Actinobacillus actinomycetemcomitans, periodontitis kronis, polymerase chain reaction.
Sumber: Quintessence Int, 2009; 40: 53-60.


Sebagai penyakit periodontal yang paling umum terjadi, periodontitis kronis [PK] disebabkan oleh infeksi bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal. Plak gigi dinyatakan berperan penting dalam inisiasi periodontitis. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Actinobacillus actinomycetemcomitans adalah salah satu patogen utama periodontal. A. actinomycetemcomitans memiliki berbagai macam faktor virulensi dan dinyatakan sebagai agen etiologi utama periodontitis agresif. Bakteri ini pertama kali dinyatakan sebagai salah satu patogen periodontal karena frekuensi deteksinya meningkat dan jumlah yang banyak pada pasien yang menderita periodontitis agresif lokalisata [LAgP]. Karena prevalensinya dalam LAgP tinggi; A. actinomycetemcomitans dinyatakan sebagai bakteri kausatif dan proporsinya dalam LAgP meningkat.
Banyak penelitian tentang prevalensi A. actinomycetemcomitans pada penderita PK membuktikan keberadaan mikroorganisme ini dalam kasus-kasus tersebut, namun laporan prevalensi A. Actinomycetemcomitans pada pasien-pasien tersebut sangat bervariasi. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi periodontal atau etnik ataupun lokasi geografik subyek yang diteliti. Selain itu, deteksi bakteri dan metode identifikasi juga mempengaruhi hasilnya.
Dibandingkan dengan prevalensi A. actinomycetemcomitans yang dilaporkan pada pasien di Jepang dan Korea, laporan dalam populasi di Cina menunjukkan perbedaan besar. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan prevalensi A actinomycetemcomitans yang tinggi dalam populasi Cina, baik pada sampel subgingiva yang dianalisis dari pasien ataupun subyek sehat, hal ini menunjukkan bahwa A actinomycetemcomitans adalah mikroorganisme residen yang umumnya terdapat dalam flora oral etnik Cina. Namun, laporan lainnya menunjukkan prevalensi A actinomycetemcomitans yang rendah dalam populasi Cina. Diskrepansi tersebut mendorong kami untuk menyelidiki distribusi A actinomycetemcomitans pada subyek Cina yang memiliki berbagai macam kondisi periodontal.
Dalam penelitian ini, dilakukan penyelidikan prevalensi A actinomycetemcomitans pada pasien keturunan Cina penderita PK dan orang dewasa yang memiliki jaringan periodontal sehat. Diaplikasikan 16S ribosome RNA-based polymerase chain reaction untuk mengidentifikasi A actinomycetemcomitans. Dan, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan indeks klinis dengan prevalensi A actinomycetemcomitans.

METODE DAN BAHAN
Subyek dan daerah sampel

Secara keseluruhan, terdapat 116 subyek yang didiagnosa menderita PK, berdasarkan klasifikasi baru penyakit dan kondisi periodontal, mereka dipilih dari Bagian Periodontologi, West China Hospital of Stomatology, Sichuan University. Penderita PK memiliki sekurang-kurangnya 16 gigi, termasuk lebih dari 4 gigi molar, dimana 2 sisi gigi molar memiliki kedalaman probing 4 mm atau lebih. Secara keseluruhan, terdapat 111 orang dewasa sukarelawan yang memiliki periodontal sehat dari 4 komunitas di kota Chengdu. Individu yang memiliki periodontal sehat memiliki lebih dari 20 gigi, termasuk 4 gigi molar, dan kedalaman probing rata-rata pada semua gigi adalah 3 mm atau kurang, serta kehilangan perlekatan klinis minimal atau tidak ada, atau mengalami tanda-tanda gingivitis.
Kriteria eksklusi yang digunakan antara lain administrasi obat-obatan seperti antibiotik, steroid, atau obat-obatan anti-inflamasi non-steroid 3 bulan sebelum ikut serta dalam penelitian dan menderita penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi aktivitas penyakit periodontal. Tidak seorang pun peserta yang menjalani terapi periodontal dalam waktu 6 bulan sebelum penelitian ini. Semua subyek menandatangani informed consent sebelum berpartisipasi dalam penelitian, dan protokol penelitian ini telah disetujui oleh Review Committee for Ethical Norms of the Faculty of Stomatology, Sichuan University.
Pada pasien penderita PK, sampel subgingival diambil dari 2 sisi berpenyakit yang memiliki poket periodontal terdalam pada dua jenis gigi molar rahang atas dan 1 sisi sehat dari gigi molar atau premolar yang memiliki periodontal sehat, dimana kehilangan perlekatan klinis minimal atau tidak ada, kedalaman probing 3 mm atau kurang, dan tidak berdarah saat probing. Pada orang dewasa sehat, sampel diambil dari daerah mesiobukal gigi molar satu rahang atas. Jadi, diperoleh 348 sampel plak subgingival dari pasien penderita PK—232 dari daerah berpenyakit dan 116 dari daerah yang sehat—dan 111 sampel dari orang dewasa sehat.

Sampel plak subgingiva
Kalkulus dan plak supragingiva pada gigi-geligi sampel dibersihkan terlebih dahulu menggunakan kuret steril. Kemudian, daerah tersebut diisolasi menggunakan cotton roll steril dan dikeringkan dengan udara. Dua paper point steril dimasukkan ke dalam poket atau sulkus gingiva sampai ke bagian bawah, dibiarkan pada tempatnya selama 10 detik, kemudian segera dicelupkan ke dalam tabung Eppendorf yang mengandung 1 mL cairan transpor. Sampel disimpan dalam suhu -20oC sampai tahap penelitian selanjutnya.

Manipulasi DNA

Sampel dicairkan pada suhu ruang selama 30 menit dan plak subgingival diuraikan menggunakan brief vortex. Bagian dari setiap sampel dicampur dengan tiga-kali volume Chelex 100 25% untuk ekstraksi DNA. Dilusi campuran tersebut dipanaskan dalam wadah air bersuhu 56oC selama 30 menit dan dalam 100oC selama 10 menit kemudian disentrifugasi pada 15.000 rpm selama 3 menit pada suhu 4oC. Supernatan dipindahkan ke dalam tabung Eppendorf lain sebagai template DNA dan disimpan pada suhu -20oC.

Deteksi polymerase chain reaction
Primer spesifik untuk 16S RNA A. actinomycetemcomitans adalah sebagai berikut: 5` GCTAATACCGCGTAGAGATCGG 3`, 5` ATTTCACACCTCACTTAAAGGT 3`. Produk polymerase chain reaction [PCR] A Actinomycetemcommitans diperkirakan adalah 443 bp [base pair] [Gambar 1]. Volume total campuran reaksi PCR adalah 50 mL, yaitu 10; 180; Taq buffer 2,5 L, 2,5 L deoksiribonukleotida trifosfat [dNTP] 2 mmol/L, 2,5 L magnesium klorida 25 mmol/L, primer sense dan antisense 0,01 mmol/L masing-masing sebanyak 0,625 L, template DNA 2,5 L, dan Taq DNA polimerase 0,125 L. ddH2O steril [double-distilled/suling-ganda] digunakan untuk melengkapi volume total sebanyak 50 L. strain A Actinomycetemcommitans standar ATCC29523 digunakan sebagai kontrol positif dan ddH2O steril sebagai kontrol negatif.
Setelah proses denaturasi DNA awal pada suhu 94oC selama 5 menit, amplifikasi PCR dilakukan dalam thermocycler sebanyak 35 siklus proses denaturasi pada suhu 94oC selama 1 menit, proses penguat pada suhu 60oC selama 1 menit, dan proses ekstensi pada suhu 72oC selama 1,5 menit.
Produk amplifikasi PCR dideteksi menggunakan elektroforesis gel agarose dan dianalisis menggunakan image analysis system.

Pemeriksaan periodontal
Paremeter klinis periodontal diukur oleh seorang ahli periodontik, yang terdiri dari kedalaman probing poket, kehilangan perlekatan klinis, dan berdarah saat probing. Kedalaman probing poket dan kehilangan perlekatan klinis pada gigi sampel diukur menggunakan probe berujung bulat dan dibulatkan sampai ke 6 titik milimeter terdekat.

Analisis statistik

Digunakan software analisis statistik SPSS 11.0 [SPSS] untuk memproses data. Chi-square digunakan untuk membandingkan rasio relevansi setiap kelompok. P < 0.05 dinyatakan signifikan.

HASIL
Seluruhnya, terdapat 227 orang dewasa keturunan Cina berusia 20 sampai 75 tahun yang ikut serta dalam penelitian ini, yaitu 116 penderita PK [67 pria dan 49 wanita; usia rata-rata 47,88 + 11,75 tahun] dan 111 orang dewasa yang memiliki periodontal sehat [33 pria dan 78 wanita; usia rata-rata 44,55 + 14,03 tahun]. Terdapat 232 sampel plak subgingival dari daerah yang mengalami PK, 116 dari daerah periodontal sehat pada penderita PK, dan 111 dari subyek yang memiliki periodontal sehat. Indeks klinis ketiga grup diuraikan dalam Tabel 1.
A actinomycetemcomitans ditemukan pada 78 dari 232 daerah yang mengalami PK, dan frekuensi deteksinya adalah 33,62%. Hanya 1 sampel dari daerah periodontal sehat pada pasien PK dan orang dewasa berperiodontal sehat yang dinyatakan positif memiliki kandungan A actinomycetemcomitans.
Prevalensi A actinomycetemcomitans dari daerah berpenyakit pada pasien pria dan wanita penderita PK, masing-masing adalah 33,58% dan 33,67%, hal ini menunjukkan tidak adanya perbedaan distribusi bakteri tersebut pada pasien pria dan wanita penderita PK [Tabel 2]. Tabel 3 menunjukkan distribusi A actinomycetemcomitans pada berbagai kelompok usia. A actinomycetemcomitans paling sering dideteksi pada penderita PK berusia 20 sampai 30 tahun, yang dilanjutkan dengan pasien berusia 36 sampai 55 tahun, dan 56 sampai 77 tahun. Prevalensi mikroorganisme ini mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia pasien.
Hubungan antara prevalensi A actinomycetemcomitans dengan kedalaman poket periodontal diuraikan dalam Tabel 4. Kedalaman poket distrafitikasi menjadi tiga grup yang mewakili berbagai tingkatan kerusakan jaringan periodontal, yaitu ringan [< 4 mm], sedang [4-6 mm] dan parah [> 7 mm]. Pada penelitian ini, tidak ditemukan A actinomycetemcomitans dalam poket yang dangkal. Pada poket sedang dan dalam, terdapat 39 sampel [masing-masing, 29,10% dan 42,86%] yang dinyatakan positif mengandung bakteri dalam plak subgingival. Prevalensi mikroorganisme tersebut meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan kedalaman poket [P < 0.05].
Kehilangan perlekatan klinis juga diklasifikasikan menjadi tiga klas dan hasilnya sama dengan kedalaman poket. Dalam grup kehilangan perlekatan klinis < 3 mm, tidak ditemukan A actinomycetemcomitans, dan 27,63% dan 42,86% subyek dalam grup keilangan perlekatan 3-5 mm dan > 6 mm dinyatakan positif memiliki kandungan A actinomycetemcomitans.
Dari total 232 daerah PK, 88,36% [n = 205] mengalami perdarahan saat probing, hal ini menunjukkan adanya aktivitas penyakit. A actinomycetemcomitans ditemukan pada 37,07% daerah aktif tersebut dan 7,41% pada daerah inaktif, dan selisihnya dinyatakan signifikan [P = 0.022]. Prevalensi A actinomycetemcomitans pada daerah yang mengalami perdarahan saat probing secara signifikan dinyatakan lebih tinggi di daerah negatif.

PEMBAHASAN

Peran A actinomycetemcomitans dalam periodontitis kronis belum diketahui dengan pasti, meskipun mikroorganisme ini dinyatakan memiliki hubungan kuat dengan periodontitis agresif lokalisata. Penelitian-penelitian terdahulu melaporkan bahwa A actinomycetemcomitans dapat ditemukan dalam 25% sampai 30% lesi periodontitis pada orang dewasa, yang secara signifikan, lebih tinggi dibandingkan pada subyek yang memiliki periodontal sehat. Para peneliti lainnya melaporkan prevalensi A actinomycetemcomitans yang lebih tinggi pada penderita PK, berkisar antara 60,4% sampai 84,4%. Dalam kasus-kasus tertentu, diskrepansi tersebut disebabkan karena subyek dalam setiap penelitian berasal dari etnik atau lokasi geografis yang berbeda.
Angka prevalensi A actinomycetemcomitans bervariasi antar kelompok etnik. Umeda dkk, mengidentifikasi bahwa ras atau etnisitas merupakan faktor resiko potensial dalam kepemilikan A actinomycetemcomitans. Keturunan Spanyol dan Asia-Amerika beresiko tinggi memiliki kandungan A actinomycetemcomitans dalam poket periodontal jika dibandingkan dengan keturunan Kaukasia. Meskipun prevalensi A actinomycetemcomitans telah banyak diselidiki, hanya sedikit penelitian yang dilakukan di Cina, yang memiliki populasi terbesar di dunia.
Metode pengambilan sampel bakteri dan identifikasi juga mempengaruhi hasil analisis bakteri. Dalam penelitian ini, sampel plak subgingival diambil dari 2 poket terdalam, seperti yang diuraikan oleh Savitt dkk, yang menemukan bahwa pengambilan sampel di daerah yang memiliki kedalaman probing tertinggi dan yang berdarah saat probing cenderung bersifat pariopatogen pada subyek yang memiliki kandungan spesies tersebut. Selain itu, penelitian ini menggunakan teknik PCR untuk mengetahui prevalensi A actinomycetemcomitans pada penderita PK dan orang dewasa yang memiliki periodontal sehat, karena memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi serta sesuai untuk mendeteksi sejumlah bakteri dalam flora campuran. Sensitivitas PCR mempermudah deteksi patogen periodontal dalam sampel plak subgingival di bawah batas deteksi normal dalam teknik klutur, imunofluorosens, pengujian biokimia enzyme-based, dan metode DNA probe.
Mombelli dkk, menyelidiki keberadaan A actinomycetemcomitans subgingival pada 66 orang dewasa muda keturunan Cina yang menderita periodontitis ringan atau sedang. Organisme tersebut ditemukan pada 62% subyek penelitian tersebut. Tan dkk, melaporkan bahwa A actinomycetemcomitans ditemukan pada 69% penderita periodontitis dan 78% pada subyek yang memiliki periodontal sehat. Dari angka prevalensi yang tinggi tersebut, mereka menyimpulkan bahwa A actinomycetemcomitans umum ditemukan dalam flora normal etnik Cina, karena prevalensinya pada pasien dan orang sehat sama saja. Penemuan tersebut konsisten dengan hasil yang diperoleh dari prevalensi penelitian Mombelli dkk, pada subyek keturunan Cina.
Penelitian ini menyelidiki prevalensi A actinomycetemcomitans, dan ditemukan perbedaan kecenderungan tanda-tanda mikrobiologis pada penderita PK keturunan Cina. Tidak ditemukan perbedaan prevelansi A actinomycetemcomitans antara penderita PK berjenis kelamin pria dan wanita. Penelitian ini juga mengidentifikasi hubungan antara prevalensi dengan usia subyek. Pada penderita PK, A actinomycetemcomitans lebih sering ditemukan pada pasien berusia muda dibandingkan pada lansia. Hal ini konsisten dengan penelitian terdahulu bahwa keberadaan A actinomycetemcomitans banyak ditemukan pada kelompok usia muda namun jarang pada kelompok lansia. Para peneliti lainnya menemukan bahwa A actinomycetemcomitans memiliki korelasi positif dengan subyek berusia muda [< 29 tahun]. Dalam laporan lainnya, prevalensi A actinomycetemcomitans sesuai-usia dan berkurang seiring dengan pertambahan usia.
Penelitian ini menemukan bahwa prevalensi A actinomycetemcomitans lebih tinggi pada daerah PK yang memiliki kedalaman probing dan kehilangan perlekatan yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa A actinomycetemcomitans memiliki korelasi positif dengan kerusakan jaringan periodontal. Hasil tersebut mendukung penemuan Wolff dkk, yang membuktikan hubungan linear positif antara keberadaan patogen dengan kedalamam poket, untuk lima jenis bakteri patogen termasuk A actinomycetemcomitans. Namun, Hamlet dkk, melaporkan hasil yang berlawanan: A actinomycetemcomitans berkorelasi negatif dengan kedalaman probing. Mereka menjelaskan bahwa kondisi lingkungan yaitu, poket yang dalam dan anaerob, menguntungkan A actinomycetemcomitans yang bersifat kanofilik. Meskipun poket yang lebih dalam menjadi tempat perkembangan obligat anaerob, seperti Porphyromonas gingivalis, bagian dan simbiosis pertumbuhan bakteri lingkungan yang kompleks dalam poket periodontal bervariasi. Komposisi bakteri pada bagian yang dangkal berbeda dengan komposisi pada bagian yang dalam, dan kompound infeksi periopatogen telah dibuktikan. Van Winkelhoff dkk, menyimpulkan bahwa A actinomycetemcomitans dan patogen periodontal lainnya, secara signifikan, lebih prevalen pada penderita periodontitis sedang sampai parah, dibandingkan dengan kontrol.
A actinomycetemcomitans dinyatakan sebagai patogen utama dalam periodontitis agresif lokalisata dan prevalensinya rendah dalam populasi yang memiliki periodontal sehat. Penelitian-penelitian tentang prevalensi A actinomycetemcomitans dalam sampel subgingival individiu yang memiliki periodontal sehat menemukan prevalensi sebesar 1,0% dalam populasi Korea dan nol dalam populasi Jepang, yang diukur menggunakan DNA probe, dan 1,7% jika diuji menggunakan kultur bakteri. Laporan tentang A actinomycetemcomitans pada subyek keturunan Cina yang sehat juga tidak menemukan bakteri tersebut jika diuji menggunakan DNA probe dan metode 16S rRNA PCR. Penelitian ini hanya menemukan 1 sampel dari subyek sehat yang dinyatakan positif mengandung A actinomycetemcomitans [prevalensi 0,9%], hal ini konsisten dengan hasil yang disebutkan di atas. Namun, terdapat laporan lain tentang A actinomycetemcomitans pada subyek keturunan Cina yang sehat. Tan dkk, mengaplikasikan PCR untuk mendeteksi A actinomycetemcomitans dan menemukan prevalensi yang tinggi pada subyek sehat, yaitu sebesar 78,0%, lebih tinggi dibandingkan pada penderitaPK [69,0%]. Peneliti lainnya melaporkan hasil yang berbeda, yaitu berkisar antara 6,7% sampai 66,0%. Perlu diselidiki dan diklarifikasi lebih lanjut apakah bakteri ini merupakan salah satu spesies residen dalam rongga mulut.
Choi dkk, melaporkan bahwa 8 dari 28 daerah periodontal sehat pada penderita PK memiliki kandungan A actinomycetemcomitans, dengan prevalensi sebesar 28,6%, secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dalam penelitian ini. Perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh penggunaan kriteria yang berbeda dalam pemilihan daerah periodontal sehat pada penderita PK.

KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi A actinomycetemcomitans sebagai salah satu patogen periodontal utama pada penderita periodontitis kronis merupakan penyebab kerusakan jaringan periodontal dan aktivitas penyakitnya, dan bahwa subyek yang memiliki periodontal sehat mengandung spesies bakteri dalam jumlah rendah. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menyelidiki patologi A actinomycetemcomitans dalam inisiasi dan perkembangan periodontitis kronis.

0 komentar:

Berhitung!

Pasang Aku Yaa

go green indonesia!
Solidaritas untuk anak Indonesia

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP