27 August 2009

Analisis Jangka Pendek Pulpa Gigi Manusia Setelah Direct Capping Menggunakan Semen Portland

Abstrak: Penelitian ini mengevaluasi respon jangka pendek jaringan pulpa manusia terhadap direct capping menggunakan semen Portland. Dalam seri kasus ini, digunakan 20 gigi molar tiga manusia yang akan diekstraksi. Setelah dilakukan preparasi kavitas, dilakukan pembukaan pulpa dan dilakukan pulp capping menggunakan semen Portland. Gigi-geligi dicabut pada 1, 7, 14 dan 21 hari setelah perawatan dan disiapkan untuk pemeriksaan histologis dan deteksi bakteri. Setiap kelompok terdiri dari 5 gigi. Hasilnya dianalisis secara deskriptif. Terjadi pembentukan dentine bridge pada dua gigi dengan jarak tertentu dari interfase bahan [14 dan 21 hari]. Dalam sebagian besar kasus, ditemukan respon inflamasi ringan. Dalam semua spesimen, tidak ditemukan adanya bakteri. PC memiliki fitur biokompabilitas dan mampu menginduksi respon mineral pulpa dalam evaluasi jangka pendek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PC berpotensi untuk digunakan sebagai salah satu bahan pulp capping yang murah, dibandingkan dengan bahan capping lainnya.
Kata Kunci: Biokompabilitas, endodontik, semen Portland, terapi pulpa
Sumber: The Open Dentistry Journal, 2009; 3: 31-35.

Read more...

19 August 2009

Relaps atau Late Reversal Reaction?

Gejala klinis penyakit lepra aktif dan reaksi reversal merefleksikan respon imun seluler terhadap antigen mycobacterium. Secara klinis, sulit untuk membedakan antara relaps dan reaksi reversal. Kriteria histopatologis diferensiasi tersebut seringkali tidak-konklusif. Pemeriksaan bakteriologis dapat membantu, kecuali dalam multibacillary leprosy, karena hasil smear pasien paucibacillary leprosy biasanya negatif. Secara umum, meskipun reaksi reversal muncul lebih dini setelah perawatan dihentikan, dibandingkan dengan relaps, terkadang reaksi reversal ditemukan satu atau dua tahun setelah perawatan dihentikan. Data tentang relaps setelah multidrug therapy [MDT] belum mencukupi, namun data awal menunjukkan bahwa relaps jarang terjadi pada beberapa tahun pertama setelah MDT selesai.
Secara teoretis, kriteria konvensional untuk relaps adalah:

Read more...

Perbandingan Khasiat Sodium Hipoklorit Dengan Sodium Perborat Dalam Menghilangkan Stain Pada Heat Cured Clear Resin Akrilik

Abstrak
Latar Belakang: Basis resin akrilik menarik stain dan bau yang membentuk deposit organik dan anorganik. Penggunaan larutan kimia pembersih gigitiruan merupakan metode pembersihan gigitiruan yang paling populer. Tujuan: Untuk membandingkan khasiat 2 jenis pembersih gigitiruan dalam menghilangkan stain teh, kopi, turmeric, paan pada heat cured clear resin akrilik. Bahan dan Metode: Disiapkan 200 sampel heat cured clear resin akrilik. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok dan direndam dalam larutan teh, kopi, turmeric, dan paan pada suhu 37oC selama 10 hari. Sampel yang telah terwarnai direndam dalam larutan pembersih gigitiruan komersil sodium perborat [Clinsodent], sodium hipoklorit [VI-Vlean] dan air suling [kontrol]. Nilai densitas optik [OD] diukur sebelum dan sesudah perendaman dalam larutan pembersih selama 20 menit dan 8 jam. Analisis statistik data dilakukan menggunakan Fischer’s test [ANOVA satu arah] dan perbandingan multipel dilakukan menggunakan Bonferroni test. Hasil: Larutan Clinsodent dan VI-clean terbukti dapat membersihkan stain kopi secara efektif dan yang terbaik untuk menghilangkan stain tumeric. Kesimpulan: Profesional dental harus memastikan bahwa para pemakai gigitiruan mengetahui bagaimana cara memilih bahan pembersih gigitiruan yang tepat untuk mendukung protokol perawatan gigitiruan di rumah.
Kata Kunci: Resin akrilik, pembersih gigitiruan, sodium hipoklorit, sodium perborat, khasiat pembersihan stain.
Sumber: The Journal of Indian Prosthodontic Society, 2009; 9(1):6-12

Read more...

18 August 2009

Letak Antitragus

Untuk menentukan kesejajaran gigitiruan lepasan [terutama untuk gigitiruan lengkap dan sebagian], dokter gigi harus melakukan pengukuran menggunakan fox plane yang disejajarkan dengan garis khayal tragus kanan-alae nasi-tragus kiri...

Jadi, tadi dokter bertanya kepada salah seorang temanku yang sedang menentukan kesejajaran...'kalian sudah tau letak tragus, lalu dimana posisi anti-tragus?'
And she couldn't answer...so ini dia jawabannya. pengetahuan baru juga buat kalian-kalian para koas yang belum tau [including me, of course].

Read more...

Pengaruh Oklusi Posterior Saat Merestorasi Gigi-geligi Anterior

Abstrak. Dalam mempertimbangkan atau melaksanakan prosedur restorasi estetik apapun, dibutuhkan diagnosis dan rencana perawatan yang komprehensif. Memperhatikan tanda-tanda diagnosis kehilangan dukungan posterior [loss of posterior support/LPS] dan pengaruhnya terhadap gigi-geligi anterior akan menjamin hasil yang lebih baik. Solusi historis dan ketidakadekuatannya harus diatasi. Presentasi pasien digunakan untuk menunjukkan perawatan kontemporer bagi pasien yang membutuhkan rehabilitas estetik namun kekurangan dukungan posterior.
Sumber: CDA journal, 2008; 36(8): 567-574.

Read more...

12 August 2009

Komplikasi Langka Akibat Pembedahan Gigi Molar Tiga

Tujuan: Pencabutan gigi molar tiga merupakan prosedur pembedahan yang sering dilakukan. Komplikasi yang umum terjadi akibat pembedahan gigi molar tiga telah diketahui dan dijelaskan kepada pasien selama proses informed consent. Dokter gigi umum, serta dokter bedah mulut dan maksilofasial, harus mengetahui semua komplikasi yang mungkin terjadi. Tinjauan sistematis ini berperan sebagai pengingat komplikasi-komplikasi yang jarang terjadi dalam prosedur rutin tersebut. Bahan dan Metode: Penelitian dilakukan menggunakan pencarian sistematis dalam database elektronik Medline dan Cochrane Library, serta pencarian kata kunci, referensi, dan tinjauan tentang bidang yang relevan. Kata kunci yang digunakan antara lain third molar, wisdom tooth, complications, unusual, dan rare. Referensi dari artikel-artikel relevan juga diperiksa-ulang. Penelitian ini dibatasi hanya untuk artikel berbahasa Inggris atau Jerman yang diterbitkan dalam 18 tahun terakhir. Hasil: Komplikasi yang telah diketahui dan umum ditemukan antara lain kerusakan saraf permanen dan fraktur mandibular immediate atau late. Ditemukan 24 komplikasi lainnya dalam 22 artikel. Diantaranya adalah proses inflamasi, pembentukan abses, dan pergeseran gigi atau instrumen. Satu kasus mendeskripsikan kematian asfiksial akibat hematoma pasca-pencabutan, perdarahan hebat, abses otak, abses epidural, benign paroxysmal positional vertigo, emfisema ruang jaringan dan subkutan, empiema subdural, dan sindrome herpes zoster. Kesimpulan: Untuk melakukan perawatan pasien dengan baik, kita harus mengetahui berbagai komplikasi yang mungkin terjadi. Komplikasi yang langka harus diketahui sejak dini sehingga terapi yang adekuat dapat segera dilakukan.
Kata kunci: efek samping, komplikasi, ekstraksi, langka, pencabutan, molar tiga, tidak biasa/unusual, wisdom tooth/gigi bungsu.
Sumber: Quintessense Int 2009; 40: 565-572.

Read more...

06 August 2009

Pengaruh Larutan Kumur Terhadap Stabilitas Warna Komposit Resin

Abstrak
Tujuan: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh tiga larutan kumur komersil terhadap stabilitas warna 4 jenis bahan restoratif komposit resin-based.
Metode: Dibuat 40 spesimen berbentuk cakram [10 x 2 mm] yang masing-masing terbuat dari: Komposit nanofil Filtek Supreme XT [3M/ESPE, St. Paul, MN, AS]; packable low-shrinkage compsite, AeliteLS Packable [BISCO, Inc, Shaumburg, IL, AS]; komposit resin nano-keramik Ceram-X [Dentsply, Konstanz, Jerman]; komposit mikro-hibrid, dan Aelite All-Purpose Body [BISCO]. Kemudian, spesimen diinkubasi dalam air suling dalam suhu 37oC selama 24 jam. Nilai warna awal [baseline] [L*, a*, b*] setiap spesimen diukur menggunakan kolorimeter berdasarkan skala warna CIELAB. Setelah pengukuran warna awal, 10 spesimen yang dipilih secara acak dari setiap kelompok direndam dalam salah satu dari 3 larutan kumur dan air suling sebagai kontrol. Spesimen direndam dalam 20 mL setiap jenis larutan kumur [Oral B bebas-alkohol, Listerine Tooth Defense Anti-cavity Fluoride Rinse dan Klorhex] selama 12 jam. Setelah proses perendaman, nilai warna semua spesimen diukur kembali, dan dilakukan penghitungan perubahan nilai warna E*ab. Data dianalisis menggunakan analysis of variance 2-arah dengan tingkat signifikansi 0.05.
Hasil: Semua spesimen mengalami perubahan warna setelah perendaman, dan diperoleh selisih yang signifikan secara statistik antar bahan restoratif dan larutan kumur [P < 0.05]; namun, perubahan tersebut tidak tampak secara visual [E*ab < 3,3]. Interaksi antara pengaruh larutan kumur dan tipe bahan restoratif dinyatakan tidak signifikan secara statistik [P > 0.05].
Kesimpulan: Dapat disimpulkan, meskipun tidak tampak secara visual, semua bahan restorati resin yang diuji mengalami perbedaan warna setelah proses perendaman dalam berbagai jenis larutan kumur.

Kata Kunci: Larutan kumur, komposit resin, warna
Sumber: Eur J Dent, 2008; 2: 247-253.

Read more...

Pemeriksaan Kualitatif Lesi Servikal Non-Karies Pada Gigi Manusia Yang Telah Dicabut

Abstrak
Latar Belakang: Terdapat berbagai opini tentang lesi servikal non-karies [NCCL]. Antara lain, akibat abrasi sikat gigi, korosi asam [yang umum disebut sebagai korosi gigi], dan abfraksi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menyelidiki seluk-beluk microwear NCCL dalam sekumpulan gigi manusia yang telah dicabut, menggunakan scanning mikroskop elektron [SEM].
Metode: Replika negatif NCCL besar pada 24 gigi manusia yang telah dicabut dipendam dalam bahan cetak polivinylsiloxane [Light Body Imprint II, 3M, ESPE] dan diamati menggunakan SEM.
Hasil: Semua NCCL ditemukan mulai dari batas cemento-enamel junction sampai permukaan akar dan memiliki berbagai macam tampilan wedge-shape [berbentuk-baji]. Ditemukan abrasi dan korosi pada 18 dari 24 gigi [75 persen], abrasi hanya ditemukan pada satu gigi [4,2 persen] dan korosi ditemukan pada lima gigi [20,8 persen]. Galur-galur horisontal bertepi halus dan tanda gores minor, yang merupakan karakteristik abrasi dan korosi, ditemukan pada 13 gigi [54,2 persen].
Kesimpulan: Berdasarkan pada pemeriksaan mikroskopik sampel gigi yang telah dicabut, terlihat bahwa abrasi dan korosi adalah faktor etiologi yang umum ditemukan dalam pembentukan NCCL.
Kata Kunci: Abrasi, erosi, abfraksi, scanning mikroskop elektron.
Sumber: Australian Dental Association, 2008; 53: 46-51.

Read more...

Berhitung!

Pasang Aku Yaa

go green indonesia!
Solidaritas untuk anak Indonesia

  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP