Alergi
Obat-obatan dan substansi lain yang dapat memicu reaksi alergi antara lain: anestetik lokal, antibiotik, analgesik, obat-obatan anxiolitik, serta berbagai bahan atau produk-produk dental lainnya.
Reaksi alergi, yang terjadi selama atau setelah perawatan gigi, merupakan salah satu masalah serius yang mungkin terjadi.
Anestetik lokal. Alergi yang disebabkan oleh penggunaan anestetik lokal biasanya dipicu oleh bahan pengawet dalam ampul, yang berperan sebagai germisida. Bahan pengawet yang sering digunakan antara lain derivat paraben (metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben). Saat ini, sebagian besar anestetik lokal tidak mengandung bahan pengawet untuk menghindari timbulnya reaksi alergi, yang mempersingkat waktu penyimpanan larutan anesteik.
Antibiotik. Antibiotik yang harus diperhatikan oleh dokter gigi (untuk menghindari alergi) adalah penisilin, karena merupakan antibiotik pilihan dalam sebagian besar kasus prosedur dental. Frekuensi reaksi alergi akibat penggunaan penisilin berkisar antara 2% sampai 10% dan reaksi bermanifestasi sebagai reaksi ringan, parah, atau, fatal.
Analgesik. Analgesik yang berperan dalam reaksi alergi, meskipun jarang terjadi, antara lain narkotik (kodein atau fetidin), dan asam asetilsalisilat (aspirin). Diantara berbagai jenis analgesik, aspirin dinyatakan sebagai obat yang berperan dalam sebagian besar reaksi alergi, yang berkisar antara 0,2% sampai 0,9%. Reaksi alergi akibat konsumsi aspirin bervariasi mulai dari urtikaria biasa sampai syok anafilaktik. Kadang-kadang, timbul gejala asma atau edema angioneurotik.
Obat-obatan anxiolitik. Barbiturat merupakan obat-obatan anxiolitik yang paling sering menyebabkan reaksi alergi. Biasanya menyerang individu yang memiliki riwayat urtikaria, edema angioneurotik, dan asma. Reaksi alergi biasanya bersifat ringan dan hanya berupa reaksi pada kulit (urtikaria).
Berbagai bahan dan produk kedokteran gigi. Resin akrilik, antiseptik tertentu, larutan prosesing radiograf, dan sarung tangan dapat memicu alergi. Reaksi alergi biasanya bersifat ringan dan berupa stomatitis (eritema inflamasi) dan urtikaria kulit.
Klasifikasi reaksi alergi
Berdasarkan mekanisme imunologis penyebabnya, reaksi alergi dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe:
1. Reaksi tipe I (anafilaksis)
2. Reaksi tipe II (hipersensitivitas sitotoksik)
3. Reaksi tipe III (Immune-complex-mediated hipersensitivity)
4. Reaksi tipe IV (cell-mediated atau delayed-type hipersensitivity)
Jenis-jenis reaksi alergi
Manifestasi klinis alergi tidak selalu sama. tergantung pada reaksi tubuh, gejala-gejala klinis yang timbul dan keparahannya bervariasi mulai dari ruam biasa sampai kedaruratan medis. Berupa:
Anafilaksis. Ini merupakan tipe reaksi alergi yang paling berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian pasien dalam waktu beberapa menit. Dapat mengakibatkan kerusakan sistem pernapasan dan sirkulasi akut, yang ditandai dengan suara serak, disfagia, kecemasan, ruam, rasa terbakar, sensasi nyeri, pruritus, dispnea, sianosis pada tungkai, bersin-bersin akibat bronkospasme, mual, diare, kecepatan denyut jantung tidak beraturan akibat hipoksia, hipotensi, dan kehilangan kesadaran. Anafilaksis dapat berakibat fatal dalam waktu 5-10 menit.
Urtikaria. Ini merupakan tipe alergi yang umum terjadi dan ditandai dengan munculnya vesikel dalam berbagai ukuran, akibat sekresi histamin dan serotonin, yang menyebabkan peningkatan permeabilitas struktur vaskuler. Vesikel akan menginduksi terjadinya pruritus dan sensasi terbakar pada kulit. Reaksi tersebut dapat bersifat lokal atau menyebar ke seluruh tubuh. Reaksi yang parah dapat menyebabkan penurunan volume darah, sehingga terjadi anafilaksis.
Edema angioneurotik (Quincke’s edema). Reaksi ini timbul secara mendadak, dan ditandai dengan pembengkakan berbatas tegas pada jaringan lunak, terutama pada bibir, lidah, mukosa bukal, kelopak mata, dan epiglotis. Hidup pasien berada dalam bahaya karena terjadi kerusakan saluran pernapasan bagian atas, yang menyebabkan dispnea dan kesulitan menelan, jika tidak segera dirawat, dapat mengakibakan kematian.
Asma alergi. Ini merupakan reaksi alergi terisolasi dan berupa bronkospasme dan dispnea pernapasan.
Langkah-langkah pencegahan umum yang harus dilakukan jika pasien memiliki riwayat alergi jenis apapun antara lain:
* Bertanya tentang tipe alergi dan obat-obatan atau substansi yang menyebabkan reaksi
* Merujuk pasien ke ahli alergi untuk pemeriksaan, jika riwayat menunjukkan bahwa pasien alergi terhadap anestetik lokal
* Hindari administrasi obat-obatan yang dapat menimbulkan hipersensitivitas pasien. Misalnya, dalam kasus alergi aspirin, dapat diberikan asetaminofen (Tylenol), atau dalam kasus alergi penisilin, dapat diberikan makrolid.
* Pasien yang memiliki riwayat penyakit-penyakit atopik, seperti rhinitis alergi, asma, dan eksema harus diberi perhatian khusus
* Dokter gigi harus mempersiapkan diri untuk menghadapi pasien yang alergi terhadap obat-obatan tertentu (adrenalin, hidrokortison, antihistamin, dan oksigen)
0 komentar:
Post a Comment